Secara aktif, lewat wihdah tersebut, LIPIA menggelar silaturahim dan berbagai pelatihan ke sejumlah instansi pendidikan dan pesantren-pesantren di seluruh Indonesia
Hidayatullah.com–Sebagai peletak peradaban dunia, agama Islam telah menyumbangkan ribuan karya dari ulama-ulama terdahulu. Tak ada ilmu yang dibicarakan hari ini kecuali sudah dipondasi terlebih dahulu oleh para ulama dan cendekiawan Muslim.
Demikian pengantar Abdurrahim Abdul Mu’thi pengajar di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta di hadapan peserta Pelatihan Terjemah Bahasa Arab di Kampus Universitas Ibn Khaldun (UIKA), Bogor, Sabtu, 18 April 2015.
“Mau mendalami ilmu apa saja, semua sudah dikaji oleh ilmuwan Muslim terdahulu,” ujar Abdurrahim.
“Di sinilah penuntut ilmu itu dituntut memiliki kecakapan bahasa dan terjemah yang baik, ” imbuh Abdurrahim dalam acara yang digelar di Aula Masjid al-Hijri II, Kampus UIKA.
Abdurrahim mengurai beberapa langkah awal menjadi seorang penerjemah yang baik. Di antaranya adalah penguasaan kosa kata (mufradat) dan ungkapan (ta’bir) dalam dua bahasa.
“Semakin banyak kosakata yang dipunyai, makin baik hasil terjemahnya,” papar Abdurrahim.
Selain itu, masih menurut Abdurrahim, wawasan dan pemahaman terhadap istilah juga penting dan menentukan kualitas suatu terjemah. Sebab sifat bahasa adalah berkembang dari masa ke masa.
“Biasanya bisa dibantu dengan banyak membaca buku-buku kontemporer,” terang Abdurrahim kembali.
Untuk diketahui, pelatihan terjemah ini disokong secara resmi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, dalam hal ini oleh Wihdah ad-Dirasah wa Hiwar al-Hadharah, sebuah lembaga internal LIPIA yang secara concern menggawangi kajian penelitian, terjemah, serta dialog peradaban.
Secara aktif, lewat wihdah tersebut, LIPIA menggelar silaturahim dan berbagai pelatihan ke sejumlah instansi pendidikan dan pesantren-pesantren di seluruh Indonesia.
Menurut Abdurrahim, sedianya pelatihan terjemah tersebut diadakan secara rutin sekali dalam satu pekan selama beberapa bulan ke depan. Untuk itu, peserta tak hanya dijejali dengan tumpukan teori tentang translate satu bahasa ke bahasa lain, tapi juga langsung menggelar praktik dan latihan.
“Bagi peserta pelatihan yang dianggap lulus, LIPIA akan memberikan sertifikat, Insya Allah,” ucap Abdurrahim tersenyum.
Pada pertemuan tatap muka sekarang, peserta langsung belajar menerjemahkan sebuah contoh surat nota kesepahaman antar dua buah lembaga.
“Saya senang ikut pelatihan ini. Banyak dapat ilmu, sebab belajarnya sambil praktik menerjemah secara langsung,” ucap Isma Rosyadin, mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIKA.
Ia mengaku dapat banyak ilmu baru dalam pelatihan tersebut.*/
Masykur Abu Jaulah
Sumber